Editor: Ida Nurcahyani
Hana berharap tayangan di televisi semakin bervariasi dan tidak terpaku pada satu jenis tontonan sehingga pamor animasi akan kembali bersinar seperti dahulu.
jadi keterusan bakulan,” kata perempuan yang sedang merintis bisnis Dapur Hana Bahagiana sembari tertawa. “Sekarang saya lagi asyik masak,
puding dan jajanan yang dipraktikkan setelah kondisinya pulih. Ia menyibukkan diri dengan mempelajari berbagai resep kue, Hana menantang dirinya untuk mengembangkan kemampuan di bidang memasak yang diminatinya sejak kecil. Daripada berlarut-larut dalam kesedihan,
Dubber yang biasanya wara-wiri ke beberapa studio di pelbagai sudut kota terpaksa menolak beberapa pekerjaan karena mobilitas terbatas. ditambah lagi Hana mengalami musibah yang membuatnya harus memakai tongkat selama tiga bulan. Tawaran pekerjaan mengisi animasi berkurang,
Animasi yang dulu pernah menjamur dan mendominasi berbagai stasiun televisi kini digantikan dengan hiburan lain. begitu juga dengan tayangan di televisi. Tren silih berganti,
Begitu pula dengan makanan berminyak yang dihindarinya selama bekerja. Dia menghindari konsumsi air mineral dingin karena membuat tenggorokannya jadi tidak nyaman.
“Saya juga suka minum yang asam-asam seperti jus jeruk sebelum dubbing.”
Air mineral hangat jadi bekal utama ketika Hana bekerja di studio.
Pemanasan itu membuat otot-otot di wajahnya menjadi lentur sehingga dialog yang keluar dari mulutnya akan terdengar jelas. Dia juga melatih pernafasan dan senam wajah seperti pemanasan yang dilakukan penyanyi atau penyiar. Hana membiasakan diri untuk berlatih olah vokal setiap pagi ketika sedang mengerjakan proyek dubbing.
Setiap penyulih suara punya resep tersendiri untuk menjaga kualitas suaranya agar tetap prima di studio. Suara adalah modal utama bagi seorang dubber.
Menjaga suara
sekarang rasanya malah ingin ajak ngobrol,” katanya diiringi tawa berderai. Dulu lihat kecoa bawaannya ingin menginjak, “Mempengaruhi rasa keperibinatangan.
peran Hachi si lebah sebatang kara membuat Hana merasa lebih dekat dan ingin bersahabat dengan binatang-binatang di sekitarnya. Selain itu,
Jadi saya suka mie ayam gara-gara Naruto,” ungkap dia. saya kepingin makan mie ayam. “Setiap dubbing Naruto makan ramen,
Hana mulai sering makan mie ayam yang kini jadi kesukaannya. Untuk mengeksplorasi suara orang yang sedang menikmati ramen, Hana sering mendapati adegan Naruto sedang makan ramen.
Sisi seru dari pekerjaannya adalah bisa menyelami bermacam-macam kepribadian karakter fiksi yang turut mempengaruhi dirinya.
Namun setibanya di sana ia justru harus menunggu dari pagi hingga malam sebelum gilirannya tiba. Pernah juga dia dipanggil ke studio secara mendadak.
Akhirnya saya bekerja sampai subuh,” ujar dia. “Padahal Melayu dan bahasa Indonesia kan banyak yang berbeda.
Saat itu ia diminta langsung menyulih suara tanpa naskah terjemahan karena pihak studio menganggap peralihan bahasa Melayu ke bahasa Indonesia adalah pekerjaan mudah. Biasanya seorang dubber menerima naskah berisi dialog yang sudah diterjemahkan dari bahasa Jepang ke bahasa Indonesia. Dia pernah kerepotan saat mengisi suara Naruto yang video aslinya sudah disulih suara jadi Melayu. Banyak pengalaman tak terlupakan yang terpatri dalam ingatan Hana selama dua dekade menekuni sulih suara.
ha-ha-ha.” pendapatan juga bertambah, berarti rating naik, “Kalau iklan banyak,
Dia malah sibuk menghitung berapa banyak iklan yang ada di sela tontonan tersebut. lain lagi dengan Hana. Bila dubber lain fokus pada tayangan untuk mengevaluasi suara mereka, Ada kebiasaan unik dari Hana ketika ia menonton animasi yang dikerjakannya.
‘yang kemarin saja belum habis nih’,” ungkap Hana yang menikah dengan modal tabungan dari bekerja sebagai dubber. “Dia sampai bilang,
ada temannya yang menerima honor dua kali dalam sebulan. Sebagai gambaran, penghasilan dari sulih suara lebih besar ketimbang saat ini. Sebelum krisis moneter,
dari pagi ketemu pagi.” “Saya sampai tiga shift dubbing,
Apalagi waktu itu pekerjaan menyulih suara datang bertubi-tubi. Hana belia pada masa itu lebih tergoda memprioritaskan aktivitas dubbing yang membuat pundi-pundinya penuh ketimbang menyelesaikan perguruan tinggi.
“Jangan lupa kuliah meski honor terlihat lebih menyilaukan,” ia berpesan.
Dia berharap keputusannya saat itu tidak akan diikuti oleh generasi muda yang ingin jadi dubber.
“Tapi saya keasyikkan dubbing jadi enggak lanjut kuliah,” kata Hana.
Dia belajar mengolah rasa yang kemudian diekspresikan dalam suara. Penghayatan untuk mendalami karakter terbantu dengan ilmu seni pertunjukan yang dipelajarinya di Institut Kesenian Jakarta. Ia sering memperhatikan cara anak-anak berbicara karena peran-perannya yang harus ia suarakan didominasi bocah laki-laki. Hana juga mengobservasi lingkungan sekitarnya. Kemampuan menciptakan banyak suara dipelajari Hana secara otodidak.
Otodidak
Luffy yang tengil tapi keren jadi tokoh favoritnya. Dari sekian banyak karakter yang sudah dilakoninya, Shinbei dalam Ninja Boy serta Kimimaki dalam Ninja Hattori. Hyuga Kojiro dalam Kapten Tsubasa, si monyet Boots sahabat Dora The Explorer, si lebah Hachi dalam Honey Bee Hutch, Tommy Pickles dalam Rugrats, Makibao dalam Makibao, Hana juga mengisi suara untuk Luffy dalam One Piece, Selain menghidupkan Naruto Uzumaki,
dubber Naruto jangan diganti (meski studio berbeda-beda).” “Ada memo dari Global TV,
Suara Hana sudah terlanjur melekat pada karakter Naruto membuatnya mendapat keistimewaan tersendiri. biasanya tiap studio punya preferensi sendiri dalam memilih dubber yang tepat. Sebuah serial animasi bisa dikerjakan oleh beberapa studio dalam waktu yang berbeda,
tapi saya selalu ditunjuk,” kenang Hana. biasanya harus kasting, “Saya selalu dikasih peran,
Hana sering langsung dipercaya Daryono untuk menjadi pengisi suara dalam berbagai animasi. Tidak seperti penyulih suara lain yang harus mengikuti audisi untuk mendapatkan peran, Pertemuan dengan almarhum Daryono yang menggawangi studio Yori Yoga Argayoen membuahkan rezeki untuk Hana.
bebannya berat,” canda perempuan berdarah Sunda ini. “Kalau mengisi suara perempuan cantik,
Hana yang suaranya agak berat seperti laki-laki biasanya hanya mengisi peran ibu atau nenek. Untuk karakter realis, tak peduli seaneh apa pun itu. ia punya keleluasaan lebih untuk mengeksplorasi bakat dan membuat macam-macam suara, Pada genre ini, Hana sontak jatuh hati. Setelah merasakan pengalaman mengisi suara kartun,
jadi disuruh ikut dan keterima,” tutur Hana pada ANTARA News. “Saya menemani teman kasting dubbing telenovela,
Sepak terjang perempuan kelahiran 17 Juni 1971 di dunia sulih suara berawal dari pertengahan 1990-an. Hana juga pernah mengisi karakter realis dalam tayangan telenovela hingga India. Sebelum suaranya identik dengan beberapa tokoh kartun terkemuka, salah satu tokoh yang membuat namanya terkenal sebagai seorang penyulih suara. Perempuan berkerudung ini memang punya suara asli yang mirip dengan suara Naruto,
ninja yang di dalam tubuhnya bersemayam monster rubah berekor sembilan. Jakarta (ANTARA News) - Berbincang dengan Hana Bahagiana serasa sedang mengobrol dengan karakter Naruto Uzumaki,
Source: antaranews.com
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.