™ Mengingat Era Kejayaan Parma: Saat Mereka Masih Jadi Tim Elit Serie A

Jannet Juli 03, 2017
Mengingat Era Kejayaan Parma: Saat Mereka Masih Jadi Tim Elit Serie A
Gianluigi Buffon. Sebelum jadi kiper Juventus memulai karir di Parma. Foto: PA Images.

Tak ada alasan untuk berhenti percaya pada keajaiban.  yang bisa menjadi motivasi bagi para pemain dan offisial klub untuk berkaca pada kondisi sekarang. Parma pernah meraih kejayaan yang sulit dinalar akal sehat, Namun peluang itu masih ada. masih jauh bagi tifosi Parma untuk berharap perfoma klub bisa menyamai prestasi era 90-an. Artinya, manajemen klub belum menunjukkan tanda-tanda keberhasilan menarik investor berkocek tebal. Sejauh ini, sehingga berhak tampil di Serie B untuk musim 2017/2018. I Crociati berhasil mengalahkan Alessandria dalam playoff Serie C, Musim lalu, Parma akhirnya sukses lepas dari kasta terbawah liga sepakbola semi amatir. Dua musim lalu, Angin perubahan berembus di Stadion Ennio Tardini. Parma mulai berbenah dari jurang terdalam Serie D. seiring membaiknya kondisi Serie A, Empat tahun terakhir,

kendati klub sempat dijual dengan harga 1 Euro (setara Rp14 ribu saja) saat kebangkrutan kesekian kalinya terjadi pada 2015 lalu. Para fans tetap setia, Parma bahkan memiliki fansclub resmi yang loyal dengan jumlah anggota terbesar sedunia setelah Kota Parma sendiri. Di Indonesia, para kandidat kampiun Serie A selain Juventus dan punya peluang menjuarai kompetisi Eropa. sempat dinobatkan media sebagai jajaran 'il magnifico sette' (The Magnificent Seven), termasuk Parma, Padahal nama-nama itu, dan Fiorentina akan menyusul sekian tahun kemudian. Lazio, Sampdoria, Milan, berujung pada krisis keuangan yang membuat mereka sulit keluar dari kubangan paceklik prestasi. Tak hanya Parma sebetulnya klub yang berlebihan membelanjakan uang tanpa perhitungan jeli, kejatuhan Parma adalah perlambang merosotnya Liga Italia secara umum. Seperti yang sudah ditulis sebelumnya,

mengumumkan kebangkrutan klub akibat kondisi keuangan Parmalat yang kesulitan membayar utang-utang kepada kreditur eksternal. Tanzi menggelar jumpa pers mengejutkan, Setahun setelah final Coppa Italia itu, itulah saat terakhir tifosi Parma bisa memandang bangga pada klubnya. Sayang, setelah rasa sakit hati membuncah melihat pemain yang dibesarkan klub menyeberang ke Juventus yang melambangkan semua konservatisme Italia. Sebuah balas dendam yang manis, menyaksikan Thuram dan Buffon hanya dikalungi medali runner up. Tifosi Parma berbahagia, dan Hakan Sukur berhasil mempecundangi Juventus di Final Coppa Italia. Stephen Appiah, saat itu diperkuat oleh pemain kelas dua seperti Alain Boghossian, Parma, Prestasi terakhir yang bisa diraih Parma adalah akhir musim 2002/2003.

namun bayang-bayang kejatuhan mulai merayap mendekatinya. Tanzi juga dipuja warga Kota Parma sebagai pahlawan, Parmalat memang masih sangat sehat, namun dia alpa memikirkan aspek pemasukan dan skema pembayaran utang. Tanzi mengizinkan klub membelanjakan banyak uang, Dia mulai tak disiplin mengelola keuangan. rupanya membuat ego Calisto Tanzi tak terbendung. Kesuksesan di atas lapangan selama satu dekade, Parma meraih reputasi global setelah mendatangkan duet pemain Argentina berbahaya dalam sosok striker Hernan Crespo dan gelandang Juan Sebastian Veron di awal Abad 21. dan Thuram berhasil membawa klub menjuarai Piala UEFA dan Coppa Italia di tahun yang sama. Cannavaro, Trio Buffon, titik prestasi tertinggi Parma sepanjang sejarah adalah musim 1999. Sebelum dibajak Juventus,

neraca keuangan Parma sebetulnya defisit parah. di balik progress luar biasa klub, Satu hal yang mereka tidak pernah tahu, fans masih optimis mengingat rekam jejak Parma merekrut atau menghasilkan pemain muda pilih tanding. Namun di sisi lain, Tifosi Parma tentu saja kecewa melihat pemain andalan mereka hijrah ke klub rival di Turin. Ketiga nama itu pada pergantian abad akhirnya dibajak oleh Juventus.

Thuram menjadi motor timnas Prancis merebut Piala Dunia. Pada 1998, dalam sosok Lilian Thuram. Parma bahkan berhasil merekrut gelandang bertahan mumpuni, Saat itu Cannavaro masih gemar memakai bandana karena rambutnya gondrong (bertahun-tahun kemudian dia selalu menggunduli kepalanya). yaitu Fabio Cannavaro. ada pemain muda Parma lain yang nantinya membawa Italia menjuarai Piala Dunia pada 2006, Berjaga di depan Buffon, Dia dimasukkan tim inti setelah menghuni tim yunior dengan wajah sering gugup dan rambut belah tengah yang norak untuk ukuran sekarang. kita menyaksikan pertama kali debut kiper muda yang akan melegenda: Gianluigi Buffon. namun di Stadion Ennio Tardini, Banyak penggemar sepakbola mungkin sudah lupa,

Parma bahkan menikmati status underdog selama panen raya prestasi di dekade 90-an. walau konglomerat besar Parmalat memasok dana melimpah untuk klub. Parma tidak pernah dicibir seperti Manchester City atau Chelsea beberapa tahun ini, bukan sekadar memanfaatkan uang. kesuksesan Parma dianggap hasil dari kerja keras dan pemanfaatan taktik jitu, Sebab, dari manapun kota mereka. Parma pada masa itu disukai dan dihormati banyak tifosi Italia, lalu menabalkan status sebagai tim unggulan di kasta tertinggi Liga Italia. Klub gurem tingkat provinsi yang berhasil mengejutkan Eropa, Parma sudah menorehkan catatan emas. Setidaknya,

Parma sempat menjadi rival utama Juventus di Serie A. menyusul anjloknya prestasi duo Milan, Pada musim itu, Parma harus mengakui keunggulan Juventus yang dilatih Marcello Lippi dengan selisih dua poin saja di klasemen. Sayang, Kesempatan emas sempat datang pada musim 1996-1997. mereka rutin mengisi posisi atas Serie A namun selalu kekurangan bahan bakar untuk memperebutkan scudetto. posisi Parma mulai terbentuk, Lambat laun,

Keduanya digadang bisa menyokong klub mengarungi ketatnya kompetisi teratas Eropa. mengingat manajemen di awal musim sudah merogoh kocek cukup dalam mendatangkan duet penyerang Faustino Asprilla dan Gianfranco Zola ke Stadion Ennio Tardini. Kekalahan itu cukup menyakitkan bagi Parma, Perjalanan luar biasa l Crociati di kancah Benua Biru baru berakhir setelah mereka kalah di Final Piala Winners melawan Arsenal pada akhir musim 1995/1996 akibat gol voli indah Alan Smith.

Padahal tim yang mereka kalahkan adalah Milan yang belum lama menggebuk Barcelona 4-0 dalam final Piala Champions di Athena. untuk meraih European Super Cup. Parma bahkan sukses menundukkan AC Milan pada 1994, lalu di final menjungkalkan Royal Antwerp. setelah mereka pada 1993 menjuarai Piala Winners mengalahkan Sparta Praha dan Atletico Madrid pada babak awal, Parma seakan tak dapat dihentikan, Parma segera meraih simpati dari berbagai kalangan pecandu sepakbola. tapi berhasil meraih prestasi mentereng, Dengan tim muda potensial dan belum punya nama,

Brolin memilih hijrah dari Parma ke Leeds United yang segera membuat prestasinya meredup. Tiga tahun kemudian, yakni Tomas Brolin. Ujung tombak mereka adalah pemain asal Swedia yang eksplosif dan sangat terampil menembus berbagai lini, Keempat sosok tersebut segera dipanggil masuk Timnas Italia. dan Alberto Di Chiara. Luigi Apolloni, Lorenzo Minotti, bertumpu pada beberapa nama pemain bertahan berikut: Antonio Benarrivo, lalu menjuarai Coppa Italia, Tim utama Parma yang menjadi tulang punggung menapakai Serie B ke Serie A,

tim semacam Luton atau Notts County tiba-tiba merangsek ke kompetisi tertinggi mengalahkan Manchester United yang sedang kuat-kuatnya untuk meraih Piala Liga. Bayangkan kalau kita bicara Liga Inggris, Cerita mereka jauh lebih heroik dibanding Leicester atau Nottingham Forrest. siapapun pasti bakal kagum. Jika kita memahami ukuran Parma pada awal 90-an, ketika mereka mengalahkan Juventus melalui sistem pertandingan dua leg. pada Final Coppa Italia 1992, Prestasi segera menghampiri Parma, dalam dua musim pertama partisipasi mereka dalam kasta tertinggi. Scala membawa anak asuhnya sukses dua kali berturut-turut finish di posisi enam Serie A,

berbekal tim muda luar biasa. bahkan langsung jadi penantang kancah sepakbola Eropa, membuat Parma segera menapak jenjang tertinggi Serie A, Tanzi mendukung sepenuhnya kebijakan Scala, namun pada masa lalu jarang dilirik tim-tim papan atas. Kebijakan itu sekarang sudah sangat lazim, Scala memfokuskan pembibitan pemain muda serta kebijakan transfer pemain potensial dengan harga murah. Scala tak kalah ambisius dari Sacchi. Manajemen Parma rupanya jeli memilih pelatih. untuk membantu mereka mengarungi Serie B. yakni Nevio Scala, Pelatih baru pun didatangkan, Parma untungnya tidak anjlok ditinggal pergi Sacchi.

melahirkan salah satu tim sepakbola terbaik sepanjang masa. cerita Sacchi di Milan berujung sebagai legenda, Kita tahu, dan membajak Sacchi pada 1987. akhirnya kesengsem, Silvio Berlusconi, Pemilik baru Milan, masing-masing dengan skor 1-0. Tim Sacchi mengalahkan AC Milan dua kali di Coppa Italia, Parma memanen sukses besar di bawah arahan Sacchi. meraih sukses. misalnya tim yunior Fiorentina, Kombinasi serangan dan bertahan yang dinamis membuat Sacchi sukses membawa klub-klub gurem, klub menurut Sacchi wajib mengutamakan positional marking dan serangan kolektif lewat pressing ketat. Tak boleh sekadar mengandalkan catenaccio, Sacchi ternyata punya visi brilian dalam hal taktik sepakbola. dan lama bekerja sebagai sales sepatu, Dengan pengalaman sepakbola profesional sangat minim, Semua keajaiban Parma itu bermula dari pemilihan sosok pelatih bernama Arrigo Sacchi pada 1985.

lantas promosi ke Serie A pada 1990 setelah finish di posisi empat klasemen liga kedua. mengobrak-abrik Serie B, menembus puncak Serie C, klub punya cukup dana untuk menarik bakat-bakat terbaik, Barulah ketika Parmalat menanamkan modal, Parma dulunya sekadar klub gurem tingkat provinsi. menyulap mereka menjadi tim papan atas Italia. ketika sang konglomerat pertama kali memutuskan membeli klub di kotanya itu, Kontras sekali dengan optimisme dan kebahagiaan yang dibawa oleh Calisto Tanzi, Cerita Parma adalah kisah mengenai bermacam kesalahan yang berujung pada kehancuran sebuah komunitas dan perusahaan.

Mengingat Era Kejayaan Parma: Saat Mereka Masih Jadi Tim Elit Serie A
Gianfranco Zola saat masih membela Parma melawan Benfica di Piala Winners. Foto oleh PA Images.

Parma Calcio 1913 akhirnya terperosok ke Serie D. klub berjuluk I Crociati ini mengalami titik terendahnya. Tanpa ada sosok yang bisa mengisi posisi CEO, Parma kembali menyatakan bangkrut. Manenti segera ditangkap Kepolisian Italia atas kasus pencucian uang. Benar saja,

menujuluki Manenti "manusia termiskin yang bisa kalian temui di Kota Parma." Jurnalis Italia meragukan kapasitas sosok yang dikenal sebagai spekulator bisnis itu, Giampietro Manenti mengambil alih kepemimpinan. Dalam situasi kacau itu, Parma kembali menuju jurang pembubaran. dan aset-aset klub disita. kreditur mulai gerah, Gaji pemain mulai tidak dibayarkan, Itu jumlah utang swasta terbesar yang pernah dialami klub Italia. Dia ternyata meninggalkan utang lebih dari 200 juta Euro yang tidak terbayarkan. baru ketahuan bila Ghirardi mundur bukan karena klubnya dizalimi UEFA. Belakangan, sebagai bentuk protes atas keputusan otoritas sepakbola Eropa. Ghirardi pun mengumukan mundur dari posisinya, UEFA tak mengizinkan Parma bermain di Liga Eropa karena ada pajak yang belum dibayarkan. Desember 2014, yang tidak mau jujur mengungkap kondisi keuangan Parma. Ghirardi ternyata meneruskan kebiasaan buruk manajemen sebelumnya, Setelah sempat stabil selama tiga tahun, Harapan itu jadi angan-angan kosong belaka.

di bawah asuhan pelatih Roberto Donadoni. artinya sah untuk melakoni kualifikasi Piala UEFA, Klub ini bahkan sempat mencicipi posisi enam klasemen, Parma segera kembali ke Serie A. Apalagi di bawah asuhan Claudio Ranieri, setelah mereka terperosok ke Serie B pada musim 2007/2008. Ada peluang Parma bisa kembali ke papan atas Liga Italia, utang-utang klub mulai dilunasi. Berselang setahun, Sebagian fans sempat berharap banyak pada kepemimpinan Ghirardi. Parma Calcio 1913. bersedia mengambil alih manajemen klub yang resminya bernama S.S.D. seorang pengusaha baja sukses, Tommaso Ghirardi, Barulah pada 2006, Namun upaya pemerintah menjual klub itu ke investor swasta selalu gagal. kondisi Parma agak membaik pada 2005. Setelah pembenahan oleh auditor publik dan diawasi langsung Federasi Sepakbola Italia (FIGC),

"kekacauan finansial yang sedang dialami Parma saat ini membuat skandal keuangan Leeds United terkesan jauh lebih sepele." BBC menyatakan, Mereka sama menderitanya dengan manajemen Parmalat ketika harus mengumumkan bangkrut. belum lagi peternak sapi perah. ribuan orang bergantung pada Parmalat, Di kota itu, perusahaan yang bergerak di bidang produksi susu dan pangan olahan. fans Parma mayoritas adalah karyawan Parmalat, Persoalannya, BBC melaporkan bahwa klub dari Provinsi Emilia-Romagna ini sangat mungkin bubar. Kala itu, Kejatuhan Parmalat membuat klub diambil alih negara beberapa saat.

dan penggelapan pajak. pencucian uang, Calisto Tanzi—pemilik Parmalat yang berhasil membangkitkan klub gurem itu jadi raksasa sepakbola Italia—terpaksa mendekam di penjara atas pasal penipuan, Akibat keputusan manajemen, dalam rangka menerbitkan obligasi baru. Perusahaan sengaja tidak melaporkan nominal utang yang sangat besar ke investor, Otoritas keuangan Italia menyatakan Parmalat ternyata memanipulasi neraca keuangan klub. Parmalat—sponsor sekaligus korporasi pemilik saham terbesar klub—menyatakan bangkrut. Cerita tragis Parma dimulai ketika pada 2003,

Parma adalah sinonim bagi disfungsi manajemen organisasi sepakbola Negeri Pizza. bisa kita simpulkan sebagai persoalan kronis yang sebetulnya sudah menghantui Serie A sejak lama namun tak pernah ditangani serius. karenanya, Masalah Parma, jauh sebelum Italia terperosok resesi ekonomi 2008. Klub berjuluk 'I Gialloblù' itu sudah mengalami krisis internal, tak ada klub Italia lain yang menderita lebih parah dibanding Parma. Sebab, kisah Parma pantas disimak lebih lanjut. Dalam situasi berat Serie A itulah,

Pamor Serie A meredup. Tak ada lagi citra Liga Italia sebagai produsen taktik bertahan brilian. UEFA lalu menurunkan koefisien Serie A hanya setara Liga Premeira Portugal. gara-gara skandal Calciopoli yang mengirim Juventus degradasi ke Serie B. Penonton pun mulai ogah datang ke stadion, Klub tak mampu menggaji pemain terbaiknya hanya dari pendapatan hak siar televisi. anjloknya prestasi Serie A segera terbukti. Ketika krisis finansial global menghajar perekonomian dunia pada 2008,

atau Napoli sejak lama ditengarai kurang tertib mengelola keuangan.  Roma, Milan, Manajemen klub di Turin, industri sepakbola Italia akan menuju resesi. Jurnalis olahraga sedunia mulai mencium gelagat mengerikan, menyelamatkan wajah persepakbolaan Italia kala itu. AC Milan berhasil juara Liga Champions dua kali, prestasi klub Italia di Eropa hanya ditopang oleh dua klub rival Kota Milan. Sepanjang dekade pertama 2000-an, Premier League dan La Liga mulai menyodok dalam hal popularitas. Perubahan situasi mulai terjadi di awal Millenium ke-3.

Mengingat Era Kejayaan Parma: Saat Mereka Masih Jadi Tim Elit Serie A
Bek legendaris Italia, Fabio Cannavaro (kanan) memulai karir di Parma. Foto oleh PA Images.

dan menumbuhkan bibit lokal Italia yang kelak menjadi pemain kelas dunia. superioritas taktik, Klub Serie A membangun reputasi sebagai kawah candradimuka melahirkan sistem pertahanan terbaik dalam sepakbola, membuat siapapun segan pada kiprah klub Negeri Pizza. Tim Italia juga menjadi kampiun Piala Winners (yang kini sudah dihapuskan) tiga kali berturut-turut, sementara untuk final Piala UEFA lebih banyak lagi: 13 kali. sembilan kali klub Italia menembus final Piala Champions, Sepanjang kurun 1988-2000, Liga Italia merupakan yang terbaik di seluruh Benua Eropa (serta dunia). Padahal selama akhir dekade 80-an hingga awal Abad 21,

hingga mendrita penurunan jumlah penonton di stadion. terganjal kasus calciopoli, Tak terbayangkan klub-klub Italia mengalami krisis finansial, citra Serie A benar-benar di titik nadir. Padahal jika kita melihat satu dekade lalu, mengingatkan publik kalau tim jagoan Italia masih harus diperhitungkan. Juventus dua kali menembus final Liga Champions (walau gagal menang) lima tahun terakhir, reputasi Serie A sebagai liga sepakbola papan atas dunia pelan-pelan membaik. Beberapa tahun belakangan,

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Sports

Kejatuhan klub itu yang tragis menandai pula kemunduran mutu Liga Italia. Parma bertransformasi dari sekadar tim gurem menjadi langganan juara kompetisi Eropa. Awal dekade 90-an,


Source: VICE

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.